Hal itu diungkapkan oleh Ketua Kelompok Tani Bongor Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, Dadang Hendarin usai memanen lemon Kalifornia di kebunnya di Kampung Buntis, Desa Cimenyan, Kamis (11/3/2021). Saat itu Dadan tengah kedatangan Kepala Dinas Kehutanan Jabar yang juga Ketua Pokja Penanganan Lahan Kritis Satgas Citarum Harum Epi Kustiawan bersama para penyuluh kehutanan di kebunnya.
“Ya dulu sebelum mengenal sistem ini ya penghasilan saya ikuti harga holtikultura, kalau turun ya ikut turun. Ya harganya tidak menentu,” ujar Dadang.
Namun, kata dia, setelah menerapkan agroforesty dia memiliki tambahan penghasilan yang ternyata hasilnya bahkan bisa lebih besar ketimbang begantung pada satu komoditi hortikultura.
“Saya nanam lemon Kalifornia yang bibitnya saya peroleh dari bantuan pemerintah provinsi. Alhamdulillah dalam sebulan bisa dapat tambahan hingga Rp 3 juta dari lemon saja,” ujar dia.
Menurut dia, tak hanya dirinya yang dapat merasakan manfaat agroforesty dari sisi ekonomi tersebut. Petani yang tergabung dengan kelompok tani mereka merasakan hal yang sama.
“Kami di sini menggarap 6 hektare lahan yang digarap oleh 73 anggota. Untuk lemon sendiri kami diberi 3.500 pohon jeruk lemon Kalifornia. Lainnya ada suren, kopi, gamelina, mahoni, ekaliptus dan alpuket. Total 8.000 pohon kalau tidak salah pada tahun 2020 lalu,”ucap dia.
Diakui Dadang, sistem tersebut sudah mereka jalankan sejak 2014 secara bertahap dan saat ini mulai terasa lebih intens. Tak hanya pemerintah, kesadaran petani juga meningkat untuk menjaga lingkungan dengan memperhatikan karakteristik lahan yang mereka tanami saat ini agar tidak menyebabkan longsor dan banjir ke hilir.
“Jadi tidak hanya menanam sayur semua, sekarang satu hamparan campur-campur. Di atasnya pohon keras dibawahnya sayuran lalu ada buah-buahan,” kata dia.
“Alhamdulillah udah dicicipi, udah dirasakan secara pribadi dan kelompok,” ucapnya melanjutkan.
Dadang pun berterima kasih pada pemerintah yang telah membantu meningkatkan taraf kehidupan ekonomi petani di sana.
Ade Kusnadi penyuluh hutan di Kawasan Bandung Utara mengatakan, Dadang merupakan contoh petani yang mau dan mampu menjalankan sistem agroforesty. Diakui dia pihaknya perlu kerja keras untuk bisa mendekati puluhan ribu petani di lahan kritis DAS Hulu Citarum maupun lahan kritis Jabar pada umumnya.
“Makanya kami fokus pada pendekatan desa dan kelompok tani, bukan perorangan,” kata dia.
Menurut Ade, tugas tersebut dikatakan berat jika dilakukan sendiri oleh penyuluh Dinas Kehutanan. Dengan demikian perlu kolaborasi bersama. Lintas instansi agar petani mau dan mampu melakukan perubahan terutama agar lahan kritis di luar kawasan yang dimanfaatkan mereka agar dapat tetap lestari. (*)
No Comment