Dikutip dari Viva, berdasarkan data Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis tahun ini, Indonesia telah menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik per tahunnya, dan 9 persennya atau 620 ribu ton sudah masuk ke sungai, danau, dan laut.
Untuk itu, pemerintah telah menetapkan solusi tepat dalam menanggulangi jumlah penggunaan sampah plastik yang masuk ke lautan sebesar 70 persen di tahun 2025 mendatang.
Salah satu solusi yang digunakan untuk mencapai tersebut adalah membangun pembangunan ekonomi sirkular yang merupakan sebuah konsep alternatif dari ekonomi linear (take – make – dispose) yang dirancang untuk mengurangi sampah dan polusi, memperpanjang waktu pakai produk dan material, serta mendukung regenerasi sistem alami.
Berdasarkan hasil studi laporan “The Economic, Social, and Environmental Benefits of Circular Economy In Indonesia” penerapan ekonomi sirkular dapat berpotensi mengurangi sampah di Indonesia antara 18 sampai 52 persen.
Saat ini, penerapan ekonomi sirkular di Indonesia telah memberikan mata pencaharian bagi lebih dari 5 juta masyarakat Indoensia yang menjadi bagian dari rantai nilai daur ulang.
Contoh pendekatan ekonomi sirkular ini dilakukan oleh PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dalam mengembangkan pengelolaan sampah terintegrasi dengan mendorong penguatan kapasitas masyrakat melalui industri Pengelolaan Sampah Terpadu – Atasi Sampah Kelola Mandiri (IPST – ASARI) di Cilegon, Banten.
Operasional IPST – ASARI dapat membantu dalam mengatasi timbunan sampah plastik dari rumah tangga, industri besar, serta industri kecil dan menengah. Sampah tersebut kemudai dijual ke industri daur ulang dan diolah menjadi sumber daya lainnya, seperti BBM Plas.
“Kami berupaya meminimalisasi sampah plastik agar tidak terbuang ke lautan, tapi menciptakan ekosistem pengelolaan sampah plastik melalui pemberdayaan masyarakat,” ucap Vice President Corporate Relations and Sustainability Chandra Asri Petrochemical, Edi Rivai, Rabu, 3 November 2021.
Saat ini IPST – ASARI memiliki cakupan pengumpulan sampah plastik rumah tangga hingga satu kelurahan dengan kapasitas 8 ton sampah plastik yang sudah terkumpul per bulannya. Sebanyak 242 KK (Kepala Keluarga) berpatisipasi untuk mengumpulkan sampah plastik, di mana yang bernilai tinggi akan dijual ke industri daur ulang.
Sedangkan sampah plastik yang bernilai rendah akan diproses melalui sistem pirolisis menjadi BBM Plas. “Produk BBM Plas ini akan digunakan kembali oleh nelayan untuk mengurangi biaya bahan bakar kapal. Selain itu, BBM Plas juga digunakan masyarakat untuk bahan bakar memasak kebutuhan sehari-hari,” ujar dia.(dikk)
No Comment