Dansubsektor Serka Urip Masigit menuturkan, kegiatan dilakukan karena volume eceng gondok di bantaran Waduk Jatiluhur bertambah banyak. Hal tersebut menjadi salah satu permasalahan karena bisa menghambat aktivitas warga.
“Perahu eretan yang digunakan warga menjadi sulit melaju karena terhalangi tumpukan eceng gondok,”ucapnya pada media.
Sementara itu, Dansektor 14 Kolonel Inf Abdullah mengatakan, pesatnya tumbuhan eceng gondok disinyalir berdampak pada populasi ikan di Citarum.
“Jika eceng gondok sampai menutupi seluruh permukaan sungai, bisa berbahaya bagi ikan. Pada malam hari, eceng gondok dapat menghirup oksigen. Hal ini mengakibatkan kadar oksigen dalam air menurun drastis. Jika mencapai di bawah 2 miligram per liter, dipastikan ikan-ikan di sungai akan mati,” tuturnya.
Menurut dia, pesatnya pertumbuhan eceng gondok di Citarum menandakan banyaknya bahan tercemar yang mencemari sungai, seperti limbah rumah tangga berupa pupuk kimia ataupun detergen, lalu pencemaran limbah industri.
“Eceng gondok adalah indikator pencemaran karena tumbuhan tersebut dikenal bisa menyerap logam berat, seperti merkuri, nikel, dan residu pestisida,”ujarnya.
Menurut Abdullah, jika keberadaan eceng gondok tidak membludak, selain sebagai indikator pencemaran, tumbuhan ini juga berfungsi sebagai penjernih sungai.
“Maka salah satu poin penting solusi dari permasalahan ini adalah jumlah limbah rumah tangga dan limbah industri harus dikurangi jika sulit untuk dihilangkan,”ujarnya.(*)
No Comment